Wednesday, 7 April 2010

Pengemasan (Packing & Packaging)


Mata Pelajaran   : Mulok
Kelas/Semester   : X/Ganjil
Standar Kompetensi
2. Memahami cara membuat dodol  nenas dan masalah paking.
Kompetensi Dasar : 2.3. Menjelaskan masalah paking.
Indikator         :
·     Siswa mampu Menjelaskan tujuan paking.
·     Siswa mampu Mengidentifikasi syarat –syarat dalam paking.
·     Siswa mampu Menjelaskan macam jenis paking sesuai dengan peruntukan dan kelas pemasaran serta segmen pasar.
Alokasi Waktu    : 4 x 45 menit
Tujuan Pembelajaran
·     Siswa  memahami tujuan paking.
·     Siswa  dapat mengidentifikasi syarat –syarat dalam paking.
·     Siswa  memahami macam jenis paking sesuai dengan peruntukan dan kelas pemasaran serta segmen pasar.
Materi Pembelajaran
·     Tujuan paking
·     Syarat-syarat dalam  paking
·     Jenis paking
Metode Pembelajaran :Diskusi Informasi dan Observasi

 TUJUAN PAKING (PENGEPAKAN)
Secara umum ada 2 tujuan pengepakan (paking), yaitu;
A.       Pengepakan untuk penjualan (packadging), untuk keperluan ini bentuk pengepakan ini harus mempertimbangkan : selera ( model yang menarik), kepraktisan (mudah dibawa), dan melindungi isi.
B.       Pengepakan untuk pengiriman (packing)
        Yang paling perlu diperhatikan di sini adalah factor perlindungan terhadap kemasan. Jenis dan sifat barang yang akan dikirim akan memerlukan bentuk kemasan. Dengan kemajuan teknologi tercipta system pengiriman dan pengangkutan peti kemas untuk pengiriman darat, laut serta udara. Dengan peti kemas factor kerusakan barang dalam pengiriman relative sangat kecil.

Pengemasan buah nanas
Nanas dikemas dalam keranjang bambu, peti kayu ataupun karton dengan atau tanpa bahan penyakit dengan berat bersih maksimum 40 kg. Atau diikat dengan tali, masing-masing ikatan terdiri dari maksimum 10 buah nanas.
Pemberian merek untuk nanas yang dikemas dalam kemasan pada bagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan:
a) Nama barang.
b) Jenis mutu.
c) Nama/kode perusahaan/eksportir.
d) Berat bersih.
e) Jumlah nanas/kemasan.
f) Daerah asal.
g) Produksi Indonesia.
h) Tempat/negara tujuan.
 
Sejarah Pengemasan
Kemasan telah dikenal oleh manusia sejak zaman dahulu kala. Sekitar tahun 8.000 SM kemasan dari bahan-bahan sederhana, seperti kulit binatang ataupun keranjang rumput, telah digunakan sebagai wadah buah-buahan yang dipungut dari hutan. Bangsa Cina menggunakan keramik sebagai wadah, balk untuk benda padat maupun cair. Sedangkan bangsa Indonesia menggunakan wadah bambu (bumbung) untuk menyimpan benda cair
Sekitar tahun 1550 SM, bangsa Mesir telah membuat industri botol yang penting bagi kehidupan masyarakatnya. Sekitar tahun 750 M proses pembuatan kertas tersebar luas mulai dari Asia Tengah hingga mencapai Italia dan Jerman
Gbr 1. Pengemas Alami Daun Pisang & Plastik Pengemas Paling Populer

Pengemasan telah ada sejak 4000 SM, dimulai dengan kemasan alami yang berasal dari bahan-bahan yang terdapat di alam seperti tanah liat, tulang, kulit binatang, buluh bambu, pelepah dan daun-daunan. Pada awalnya pengemasan dilakukan untuk mengatasi aspek penanganan pangan. Pada zaman kehidupan manusia masih mengembara (nomaden), apapun yang mereka peroleh dari perburuan hewan dan tanaman liar biasanya dikonsumsi hingga persediaan di suatu lokasi habis. Lalu mereka berpindah ke tempat lain dengan membawa bekal makanan sekedarnya yang dikemas dalam kemasan alami yang mereka temukan pada saat itu di sekitar lokasi pemukiman mereka.
Dengan adanya revolusi neolitik, yaitu titik waktu dimana manusia beralih ke keadaan hidup menetap dengan mengembangkan pertanian dan pemeliharaan hewan, mulailah terjadi pergeseran falsafah pengemasan. Aspek penanganan tidak lagi hanya sekedar untuk memudahkan transportasi, tetapi juga untuk memudahkan distribusi dan pengolahan.
Teknologi pengemasan berkembang dengan pesat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban manusia. Revolusi industri yang telah mengubah tatanan hidup manusia ke arah kehidupan yang lebih modern, telah pula mengubah teknologi kemasan hingga mencakup aspek perlindungan pangan (mutu nutrisi, cita rasa, kontaminasi dan penyebab kerusakan pangan) dan aspek pemasaran (mempertahankan mutu, memperbaiki tampilan, identifikasi produk, informasi komposisi dan promosi).
Saat ini meskipun kemasan alami masih juga digunakan, namun telah banyak berkembang kemasan yang termasuk dalam kelompok kemasan sintetis dan kemasan modern. Berbagai jenis material kemasan sintetis bahan pangan yang beredar di masyarakat, misalnya kertas, kaca, kaleng dan plastik mempunyai keunggulan dan kelemahan tertentu, sehingga penggunaannya juga didasarkan pada kecocokan dengan sifat bahan pangan yang dikemas. Kemasan modern yang telah digunakan untuk mengemas bahan pangan antara lain kemasan aseptik, kemasan dengan variasi atmosfir di dalamnya atau kemasan yang diaplikasikan dengan penyimpanan suhu rendah, baik sebagai pengemas primer (langsung kontak dengan bahan yang dikemas) maupun sekunder, tertier dan seterusnya.
Di antara bahan kemasan tersebut, plastik merupakan bahan kemasan yang paling populer dan sangat luas penggunaannya. Bahan kemasan ini memiliki berbagai keunggulan yakni, fleksibel (dapat mengikuti bentuk produk), transparan (tembus pandang), tidak mudah pecah, bentuk laminasi (dapat dikombinasikan dengan bahan kemasan lain), tidak korosif dan harganya relatif .
Disamping memiliki berbagai kelebihan yang tidak dimiliki oleh bahan kemasan lainnya, plastik juga mempunyai kelemahan yakni, tidak tahan panas, dapat mencemari produk (migrasi komponen monomer), sehingga mengandung resiko keamanan dan kesehatan konsumen, dan plastik termasuk bahan yang tidak dapat dihancurkan dengan cepat dan alami. Selain itu, bahan dasarnya tidak dapat diperbarui karena berasal dari hasil samping pengambilan bahan bakar minyak bumi
Saat ini, bahan kemasan plastik telah menimbulkan permasalahan cukup serius. Polimer plastik yang tidak mudah terurai secara alami mengakibatkan terjadinya penumpukan limbah dan menjadi penyebab pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Berbagai laporan menunjukkan, produk berbahan dasar plastik menjadi penyebab kerusakan lingkungan di pantai New Jersey, laut Sargasso dan pulau Scottish. Selain itu, plastik dalam proses pembuatannya menggunakan minyak bumi, yang ketersediaannya semakin berkurang dan sulit untuk diperbarui. Kondisi demikian menyebabkan bahan kemasan plastik tidak dapat dipertahankan penggunaannya secara meluas karena akan menambah persoalan lingkungan dan kesehatan diwaktu mendatang.
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan lingkungan lestari, mendorong dilakukannya penelitian dan pengembangan teknologi bahan kemasan yang dapat terdegradasi secara alami. Saat ini penelitian dan pengembangan teknologi bahan kemasan yang dapat terdegradasi secara alami terarah pada usaha membuat pengemas yang mempunyai sifat seperti plastik yang berbasiskan bahan alami dan mudah terurai.
Pengemas Biodegradable, ramah lingkungan

Saat ini penelitian diarahkan untuk membuat pengemas yang mempunyai sifat seperti kemasan plastik tetapi dibuat dari bahan yang dapat dihancurkan secara alami dan mudah didapatkan. Kemasan demikian diistilahkan sebagai kemasan masa depan.

Sifat-sifat kemasan masa depan diharapkan mempunyai bentuk fleksibel namun kuat, transparan, tidak berbau, tidak akan mengkontaminasi bahan yang dikemas dan tidak beracun, tahan pemanasan, biodegradable (dapat terurai secara alami), berasal dari bahan-bahan renewable (dapat didaur ulang/dapat digunakan lagi) dan ekonomis. Penelitian banyak dilakukan terhadap biopolimer yang berasal dari hasil pertanian, yaitu bahan yang tersusun dari komponen lemak, protein, karbohidrat atau gabungan dari ketiga unsur tersebut.

Pengemas dapat mengurangi kehilangan air (pengurangan berat) dengan demikian mencegah terjadinya dehidrasi, terutama bila digunakan bahan penghalang uap air. Hal ini merupakan keuntungan utama dari pengemasan untuk konsumsi yang dapat pula memperpanjang umur ketahanan komoditi yang bersangkutan. Kehilangan uap air yang disusul dengan laju atau susutnya barang jelas merupakan sebab hilangnya kesegaran. Hilangnya air mempengaruhi kenampakan, tekstur, dan harga jual,

Edible Film

Gbr.2 Perhatikan lapisan lilin pada apel impor, itulah salah satu jenis edible film

Pengemas yang banyak digunakan sekarang ini sebagian besar dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, khususnya apabila dibuat dari bahan yang tidak dapat didaur ulang atau sulit mengalami biodegradasi, seperti plastik untuk meminimalkan pencemaran lingkungan, dapat digunakan pengemas alternatif yang tidak menimbulkan masalah bagi lingkungan yaitu edible film . Edible film dapat meningkatkan stabilitas dan kualitas makanan dengan berlaku sebagai penghalang minyak, oksigen, dan uap air. Selanjutnya, edible film merupakan bahan potensial pembawa antioksidan yang dapat meminimalkan atau mencegah adanya oksidasi lemak. Bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan edible film adalah metilselulosa, lilin lebah dan plasticizer.
Metilselulosa
Metilselulosa
(MC) diperoleh dengan mereaksikan selulosa fiber dengan NaOH menjadi selulosa alkali. Selulosa alkali dibuat dengan cara perendaman dengan larutan basa pada serat selulosa kemudian direaksikan dengan metil eter berdasarkan reaksi eterifikasi Williamson pada 50-100°C dan tekanan 14 kg/cm2 selama beberapa jam. Hasil reaksinya adalah metileterselulosa. (Mekanisme reaksi eterifikasi Williamson dapat dilihat pada gambar 1). Metilselulosa berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak bersifat toksik (Molekul metilselulosa dapat dilihat pada gambar 2). Protein dan polisakarida sering dihubungkan dengan substansi hidrofobik seperti lipid untuk meningkatkan efisiensi penghalangan. Hal ini menyebabkan pembuatan film sering melibatkan lipid.

Gbr 3. Struktur Kimia Metilselulosa

Lilin Lebah
Lilin adalah ester yang terbentuk dari asam lemak dengan alkohol monohidrat rantai panjang. Lilin lebah atau beeswax sebagian besar tersusun atas esterserilmiristat. Lilin lebah dibentuk melalui proses kimia dengan madu sebagai bahan baku. Lilin lebah, lilin carnauba dan parafin diketahui dapat meningkatkan resister transfer uap air pada film. Lilin lebah diperoleh dengan sentrifugasi madu dari sisiran sarang tersebut. Kemudian dicairkan dengan air panas dan uap lilin dapat dimurnikan dengan tawas diatomae dan karbon aktif, dikelantang dengan permanganat atau bikromat.

Plasticizer
Plasticizer didefinisikan sebagai bahan nonvolatil, bertitik didih tinggi yang jika ditambahkan pada material lain akan merubah sifat fisik dari material tersebut. Penambahan plasticizer dapat meningkatkan kekuatan intermolekuler, meningkatkan fleksibilitas dan menurunkan sifat-sifat penghalangan edible film. Gliserol dan sorbitol merupakan plasticizer yang efektif karena memiliki kemampuan untuk mengurangi ikatan hidrogen internal pada ikatan intramolekular.

Pembuatan Edible Film

Pembuatan larutan edible film dari selulosa adalah sebagai berikut:
1.        metilselulosa dilarutkan di dalam campuran air dan etanol (1:2).
2.       Etanol ditambahkan terlebih dahulu, dan diaduk dengan magnetik stirrer skala tiga selama sepuluh menit, kemudian diikuti dengan penambahan air dan tetap diaduk selama sepuluh menit.

2 comments: